Olahan Garam Rebus

  • Sep 09, 2024

Garam rebus di Kabupaten Brebes hanya terdapat di Wisata Mangrove Dusun Pandansari, Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes, yang merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Jumlah petani garam rebus saat ini ada sekitar 70 orang, dari 70 orang tersebut ada 15 tungku atau tempat perebusan garam yang aktif. Dimana setiap 6 tungku perhari mampu memproduksi sebanyak 1,5 Kwintal kristal garam.

Sesuai dengan namanya garam rebus, maka cara pembuatan garam tersebut memang melalui perebusan, bukan melalui pembuatan secara konvensional yang dijemur langsung sinar matahari.

Untuk mendapatkan garam rebus ini, diawali dengan mempersiapkan bahan bakunya di antaranya adalah pasir laut yang sudah dicuci, kemudian pasir tersebut disiram dengan air laut dan dikeringkan di bawah terik matahari, agar air laut tersebut menggumpal di dalam pasir. 
Setelah kering kemudian pasir tersebut dimasukkan ke dalam tempat dari anyaman bambu, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama tompo, tompo tersebut kemudian disiram kembali dengan air laut, tompo tersebut berfungsi untuk menyaring air hasil salinitas.

Penyaringan tersebut dilakukan berkali-kali hingga mendapatkan air yang jernih dan siap untuk direbus. 
Untuk perebusan garam itu sendiri memakan waktu hingga 6 jam. Setelah itu, garam ditiriskan dengan media abu di bawahnya supaya garam tersebut benar-benar kering, karena abu tersebut akan menyerap sisa air yang ada digaram. Biasanya untuk mendapatkan kekeringan yang maksimal dibutuhkan waktu hingga satu minggu.

Garam rebus yang diberi merk Kaliwlingi ini mempunyai kadar NaCl yang rendah, dan kaya yodium dibandingkan dengan garam yang beredar dipasaran saat ini, hal ini telah dilakukan uji sampel oleh Baperlitbangda Kabupaten Brebes. 

Garam inipun diyakini mampu mengurangi penyakit hipertensi dan merupakan garam sehat. Garam rebus Kaliwlingi saat ini diproduksi oleh koperasi mekarsari Desa Pandansari dibawah binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes dan Universitas Diponegoro Semarang dan sudah mendapatkan sertifikat SNI dan BPOM RI.

Dari jumlah petani garam rebus saat ini, setiap bulannya mereka mampu menghasilkan 4 ton hingga 5 ton garam rebus, meskipun harga untuk garam rebus ini relatif lebih mahal daripada garam dapur lainnya. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang cukup lama dan rasa yang dihasilkan pun berbeda dengan garam dapur lainnya.
Dayuni selaku ketua koperasi mekarsari mengatakan, saat ini yang menjadi kendala memang ada 2, yang pertama adalah cuaca dan air laut pasang, karena kalau cuaca mendung atau hujan maka pasir yang kami jemur keringnya lama. Begitu juga bila air laut pasang atau rob, maka kami tidak bisa menjemur pasir dan tidak bisa merebusnya. Sedangkan kendala kedua adalah pemasaran, sebab masih banyak orang yang belum tahu tentang garam rebus Kaliwlingi ini, sehingga belum banyak yang memakainya.

Masih menurut Dayuni, saat ini para pembeli garam rebus ini masih banyak lokal, namun sudah 2 tahun ini mulai banyak pula permintaan dari luar daerah cuma ya orang-orang itu saja, karena biasanya kalo orang sudah menggunakan garam rebus ini maka orang tersebut tidak mau lagi menggunakan garam dapur yang biasa. Maunya tetap menggunakan garam rebus beryodium ini.

Dayuni dan anggota koperasi mekarsari lainnya berharap, adanya perhatian yang lebih dari pemerintah pusat terkait dengan garam rebus ini, jangan sampai Indonesia melakukan impor garam dari negara lain. Yang mengakibatkan harga garam didalam negeri menjadi tidak stabil.
Bila ada pembinaan serta perhatian yang lebih kepada para petani garam termasuk garam rebus ini, petani garam bisa saja mencukupi kebutuhan garam beryodium untuk nasional tanpa harus melakukan impor garam.

Olahan garam rebus merupakan warisan budaya ekonomi dari jaman penjajahan, kini garam rebus menjadi aktifitas kegiatan di pariwisata, turunan garam rebus saat ini sudah memiliki, garam lulur, garam meja rasa ter dan daun kelor, garam terapi.