Pembuatan Batik Mangrove

  • Sep 09, 2024

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang menjadi salah satu ikon bangsa. Jenis batik bermacam-macam dan beragam berdasarkan daerah asalnya. Tak terkecuali dengan batik mangrove. Batik mangrove lahir dari tangan ibu-ibu Dukuh Pandansari dan menjadi salah satu kerajinan khas Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Awal mula lahirnya batik mangrove adalah dari terciptanya Desa Wisata Mangrove Pandansari, yaitu sebuah agrowisata berupa hutan mangrove yang berada di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes. Produk kerajinan dibutuhkan sebagai pelengkap dalam sebuah desa wisata. Oleh karena itu, tercetuslah ide untuk menciptakan batik mangrove khas Desa Wisata Mangrove Pandansari.

“Awalnya karena kulit mangrove bisa dijadikan pewarna, lalu Pak Mashadi (pendiri Desa Wisata Mangrove) meminta saya untuk mengumpulkan ibu-ibu dan berlatih membuat batik,” tutur Ibu Ranimpen, salah satu perajin Batik Mangrove.

Keunikan batik mangrove dibandingkan dengan batik-batik lainnya yang ada di Indonesia adalah bahan baku pewarnanya yang terbuat dari bahan-bahan alami. Warna cokelat yang merupakan warna utama batik mangrove dihasilkan dari rebusan kulit mangrove. Hal ini juga yang membuat batik ini disebut dengan batik mangrove.

Kulit mangrove direbus hingga mendidih sampai menghasilkan warna cokelat tua, dan airnya menyusut sedikit. Selain kulit mangrove, tumbuhan-tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pewarna batik adalah tumbuhan nila (Indigofera tinctoria), jelaweh, kayu tingi, daun ketapang, dan tumbuhan tegeran.

Dalam pembuatan batik mangrove, kain batik digambar dengan malam yang telah dipanaskan pada suhu tertentu kemudian ditulis dengan canting sesuai pola yang ditentukan. Kemudian, kain melalui proses mordan, yaitu proses pembersihan kain dengan mencelupkan kain ke air detergen.

Setelah bersih, batik dicelupkan ke air pewarna untuk diberi warna yang diinginkan. Kemudian, kain batik yang telah ditulis dengan malam dicelupkan ke dalam air rebusan kulit mangrove sebanyak 7 kali ulangan. Setelah itu, kain batik difiksasi dengan air kapur dan dijemur hingga kering.

“Limbah pewarna alami aman bagi lingkungan dan tidak berbahaya karena terbuat dari bahan alami, sehingga tidak mencemari lingkungan.” jelas Ibu Ranimpen,

Batik mangrove menonjolkan keindahan alam dan bahari Indonesia melalui motif-motif yang disajikan pada kain batik, seperti tumbuhan mangrove, ikan, bunga, dan lain-lain. Batik mangrove memberikan kecantikan unik dengan sentuhan alam bagi para pecintanya. Selain menjadi lebih modis, dengan menggunakan batik mangrove, pemakainya turut serta dalam menjaga bumi dengan menggunakan produk tekstil yang ramah lingkungan dan tentunya melestarikan budaya bangsa.